Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Untuk Sebuah Nama Yang Belum Diketahui

Bismillah...

Dari calon bidadari, untuk sebuah nama yang belum diketahui...

Kasih, untuk kesekian kali ku menulis surat untukmu. Tak jemu-jemu ku ingin tahu keadaanmu. Gimana imanmu hari ini, kasih?? Meningkatkah? Atau lagi down? Semoga engkau segera menaikkan imanmu kembali. Jangan jemu-jemu untuk menghadiri majelis ilmu. Disana kan kau dapatkan ketenangan di hatimu.

Kasih, aku ingin bercerita sedikit kepadamu. Membagi sepenggal kisah yang telah kualami. Namun jangan cemburu ya... please...

Kasih, di sela-sela penantianku kepadamu, tentunya banyak ujian dan rintangan yang menguji cinta kita. Ada banyak godaan supaya aku berpaling darimu. Apakah kau juga begitu?

Kasih, maafkan aku yang terkadang menyempatkan seseorang tuk hadir di beranda hatiku. Aku serasa menemukan seseorang yang mungkin bisa mengisi hatiku selama engkau belum kembali. Tapi aku menemukan rasa yang semakin membuat hatiku sakit. Karena aku telah mencoba untuk mengkhianatimu. Silih berganti nama-nama orang yang mampir di beranda hati. Tapi aku tak mengizinkannya memasukinya. Ya, hanya ku diamkan mereka di beranda. Ku abaikan mereka.

Kasih, sungguh jika engkau tak segera kembali, aku takut hatiku semakin sakit menahan rindu. Sedangkan di sini, banyak yang mencoba untuk mengetuk pintu hatiku. Mencoba untuk menghampiriku. Aku khawatir aku tak bisa menjaga ‘izzah dan iffahku.

Namun ketika aku teringat dengan engkau yang disana, aku mencoba untuk menguatkan hati ini, meyakinkan diriku sendiri bahwa engkau akan segera datang menghampiri diri yang sendiri ini. Ku coba tepis semuanya, ku buang semua rasa yang menodai hati. Rasa yang tak pantas untuk orang belum halal bagi diri ini. Hanya engkau yang akan ku rindu, orang yang halal dan suci untukku walaupun aku belum tahu siapakah dirimu.

Kasih, namun terkadang aku merasa bosan menunggumu. Karena engkau tak segera menghampiri. Hampir ku terjerembab dalam penjara yang tiada jerujinya. Ah, betapa bodohnya aku. Engkau yang disana setia kepadaku, tapi aku malah mencoba untuk mengkhianatinya. Maafkan aku kasihku...

Aku berjanji untuk mengunci hatiku kepada selainmu. Biarlah hanya engkau yang kan memasuki lubuk hatiku. Masa bodoh dengan orang-orang yang mencoba merayuku. Karena yang kutunggu hanya rayuanmu.

Kasihku, apakah kau tak merasa rindu kepadaku? Kenapa engkau tak segera menemuiku? Kalau engkau memang mencintaiku karena Allah, maka segera datang khitbah aku. Biar hati ini tak dihantui oleh perasaan rindu. Ah, rindu. Sebuah kata yang melenakan segalanya. Meruntuhkan gunung di lautan. Membuat si pemilik rindu merasa tak hidup, matipun tidak.

Kasih, selamatkan aku dari fitnah-fitnah yang bertebaran ini. Aku tak ingin menjadi sumber fitnah, tak ingin membuat oranglain terfitnah. Bagaimana engkau yang disana?? Bukankah disekelilingmu juga dihujani dengan fitnah-fitnah syahwat? Bagaimana engkau bisa melewatinya? Apakah engkau yakin akan selamat? Aku berharap demikian. Selamat dari segala macam fitnah yang memburu. Jaga pandangan dan juga hatimu. Kalau engkau sudah tak tahan dengan semua itu, kenapa engkau tak segera menjemputku??  Sedangkan hanya dirimu seorang yang ku tunggu.

Siapapun engkau wahai kekasihku, yang memang engkau benar-benar mencintaiku karena Allah Ta’alaa, aku akan  mencoba untuk setia. Berusaha tuk menjaga kehormatanku. Untuk mengabdi kepadamu, sebagai bukti kecintaanku pada Rabbku. Semoga kau pun juga begitu...

Untuk kasih yang namanya ku tak tahu, dimana ia kini ku juga tak tahu, apa yang dilakukannya kini akau juga tak tahu.
Satu yang ku tahu, aku yakin disana ia memperbaiki kualitas amalnya, karena aku beriman terhadap janji Allah ta’ala, bahwa lelaki yang baik untuk wanita yang baik, dan wanita yang baik untuk lelaki yang baik,,,

Disini aku berusaha memperbaiki diri, tentu disana ia juga...


12 mei 2013
10.32
By bintang senja


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Teman yang Shalihah


Bismillah…

Teman duduk begitu mempengaruhi diri kita. Mempengaruhi kualitas kepribadian kita. Ya, ini begitu kurasakan ketika duduk bersama orang yang shalih, maka kita akan ketularan shalihnya. Pun sebaliknya, apabila kita tak bisa mempengaruhi mereka, maka kita lah yang akan terpengaruh.

Hari ini, aku bertemu dengan seorang kawan yang begitu shalihah. Ia adalah kawanku dulu satu asrama. Tapi ia sudah lama pindah ke asrama yang lain. Subhanallah, aku begitu kagum akan pribadinya yang qona’ah, tawadhu’, sabar, selalu menyerahkan semua permasalahan hanya kepada Allah ta’ala. Setiap kata yang keluar dari lisannya begitu bermakna. Tak ada kata yang sia-sia yang keluar dari lisannya. Kata-katanya senantiasa mengandung ucapan doa. Subhanallaah… aku begitu kagum. Aku iri. Aku ingin seperti dirinya.

Ketika duduk dan melakukan pembicaraan dengannya, selalu yang dibahas berkaitan dengan Allah ta’ala. Jangan lupa saling mendoakan. Itu adalah kalimat yang senatiasa keluar ketika akan berpisah atau lagi menghadapi suatu pembicaraan yang berkaitan dengan masalah pribadi. Ah, begitu indahnya berkawan dengn orang-orang yang shalihah…

Sifatnya begitu dermawan. Ia selalu berusaha untuk menjadi muslimah yang shalihah. Benar-benar aku merindukannya. Semoga Allaah ta’ala menyatukan hati kita dengan cintaNya. Uhibbuki fillah…

29 oktober 2013
Fil maktabah
Ba’da asar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Untaian Nasehat...


Bismillaah…

Tulisan ini merupakan nasehat yang ku peroleh sewaktu naik trans jogja tanggal 27 oktober 2013 sewaktu pulang dari takziah.
 Tepatnya, ketika di dalam bis, aku melihat seorang ibu duduk di dekatku. Dan di dekat beliau ada seorang mahasiswa UIN semester 3. Ini ku ketahui karena begitu jelas terdengar perbincangan yang dilakukan oleh si ibu dengan mahasiswa tersebut. Bahkan aku tidak bisa melihat wajah mereka, aku hanya mendengar suaranya saja.
Ibu itu berbicara panjang kali lebar kepada mahasiswa tersebut, seperti seorang ibu yang menasehati putranya. Tapi dari situ aku menjadi tersadar juga.

Ada 4 hal inti yang beliau nasehatkan kepada mahasiswa tersebut:
1.      1. Apapun jurusannya, tetap harus bersungguh-sungguh. “man jadda wajada”.
Seorang yang bersungguh dalam suatu hal, pasti ia akan mendapatkan hasil manis yang diperolehnya. Tingkat hasil sebanding dengan kesungguhannya dalam melakukan sesuatu.
2.     2.  Berbakti kepada kedua orangtua selagi masih ada.
Ridho Allah berada pada ridho orang tua, jadi kalau orang tua sudah ridho maka Allah pun akan meridhoinya. Jadi, buatlah orang tua bahagia. Ingatlah bahwa kuliah ini merupakan amanah dari orang tua. Sering-seringlah menghubungi orangtua. Karena orangtua akan begitu senang dan bahagia meskipun sekedar mendengar suara anaknya. Orangtua akan bahagia ketika anaknya bahagia. Jadi selalu berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. Jangan buat ibu sakit hati.

3.     3.  Manfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan disia-siakan.
Banyak pemuda-pemuda sekarang yang melakukan hal yang sia-sia, yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Maka, disamping studi di kampus, gunakan waktu senggang untuk belajar ilmu-ilmu yang lain yang bermanfaat. Pilih teman yang baik juga. Jangan bebas memilih teman. Karena teman sangat berpegaruh dalam hidup kita.
4.     4.  Bersusah-susah di masa muda dan menikmati hasil di masa tua itu jauh lebih baik.
Lebih baik berusaha keras sekarang dan menuai hasil yang manis di hari esok. Daripada sekarang bersantai-santai dan di hari tua yang susah payah. Karena sekarang mumpung masih muda, energy masih banyak, tenaga masih kuat, sehingga beban akibat susah payah masih bisa ditangung sekarang. Kalau sudah tua tenaga sudah minim, terus kalau masih juga bersusah payah maka akan semakin menyusahkan.
Meskipun nasehat itu ditujukan kepada mahasiswa tersebut, aku juga turut merasakannya. Seolah-olah nasehat itu ditujukan kepadaku. Aku sangat bersyukur, ini mungkin merupakan peringatan Allah ta’ala untukku.
Saat mendengarnya, aku tak kuasa untuk tidak mengeluarkan airmataku. Apalagi ketika nasehat yang disampaikan berkaitan dengan orang tua. Aku sangat tersentuh. Aku langsung teringat bapak-ibu yang ada di rumah.
Berkaitan dengan waktu juga membuatku menyadari betapa aku akhir-akhir ini banyak menghabiskannya untuk hal-hal yang tak bermanfaat.
Ya Allaah… apakah ini peringatan untukku? Terimaksih Engkau begitu menyayangi hambaMU ini… Engkau kirimkan teguran-teguran atas sikap lalaiku selama ini.

29 oktober 2013
-maryam azzahra-
Diselesaikan di perpustakaan UIN SUKA
Pukul 3.10 p.m

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebuah Peringatan...


Bismillaah…


Hari ini aku dan saudari-saudariku seiman takziah ke tempat seorang teman halaqah, karena ayahnya meninggal. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Telah lama aku tidak ta’ziah, sehingga peristiwa ini mengingatkanku kembali akan sebuah peristiwa dimana semua tiada bermanfaat kecuali amalnya.
Disana aku melihat tubuh yang terbaring berselimut kain jarit. Aku tak bisa menahan airmataku. Ya, air mataku mangalir membasahi masker yang ku kenakan. Kau tahu kenapa aku menangis?? Karena aku membayangkan seandainya yang terbaring kaku diatas meja itu adalah aku, ya jasadku ini. Aku teringat semua dosa yang pernah kulakukan, aku teringat akan kemaksiatan yang terus mengisi hariku, aku masih sering melanggar larangan Allah ta’ala, aku masih sering meninggalkan ketaatan kepada-Nya… aku teringat aku belum bisa membahagiakan ibu-bapakku. Aku belum minta maaf atas semua kesalahanku dan kedurhakaanku kepada orangtuaku, aku masih sering membuat ibu dan bapak menangis. Aku sering menzhalimi manusia lain, dan belum sempat minta maaf. Masih sedikit sekali bekalku untuk menuju kampung akhirat. Aku… aahhh….. aku takut akan suatu hari yang pasti terjadi sedangkan aku tak sempat bertaubat  kepada Rabbku atas semua dosa-dosaku… aku khawatir disaat kematianku tiba aku belum sempat minta maaf kepada orang-orang yang pernah aku zhalimi… aku khawatir saat Izrail mendatangiku aku dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya.

kullu nafsun dzaaiqotul mauut… (setiap jiwa pasti akan mati…)
Benar-benar kematian adalah pelajaran yang sangat berharga bagi jiwa yang peka, untuk menunjukkan apakah seorang hamba itu dalam keadaan yang slalu ingat(pada Allah ta’ala) atau dalam keadaan yang lalai. Dan ini sungguh suatu teguran untukku atas semua nikmat yang aku sia-siakan. Aku melalaikan nikmat waktu yang telah Allah ta’ala berikan kepadaku. Aku masih sering menunda-nunda waktu sholat, masih sering mengisi waktu luangku dengan hal yang sia-sia. Aku melalaikan nikmat Allah ta’ala berupa tubuh ini, mata, telinga, tangan, kaki,…  mataku lebih sering membaca status-status facebook dibanding membaca Al-Qur’an, sehingga  telingaku  pun jadi semakin jarang mendengar tilawah Al-Qur’an.. tanganku, masih sering ku gunakan untuk berbuat jahil kepada oranglain dibanding membantunya... kakiku, masih jarang kugunakan untuk hadir di majelis-majelis ‘ilmu untuk mendengar tausyiah para ustadz/ah. Juga hatiku yang tak kugunakan untuk menghayati dan meresapi itu semua. Akalku yang sering kugunakan untuk negative thinking.

Dan jika hari ini adalah hari terakhirku…
Lalu, apa amal yang bisa kubanggakan dihadapanNya kelak??? Aku masih belum bisa istiqomah,.. aku masih sering berbelok arah ketika aku tersandung batu kerikil. Ya Allah… ya Rabby… matikanlah aku dalam keadaan muslim. Jangan Kau cabut nikmat iman dan islam dari dalam hatiku.. jangan Kau sesatkan aku setelah Engkau beri aku petunjuk.., istiqomahkan aku untuk senantiasa berada diatas kebenaran meskipun aku harus berjalan merangkak..

“RABBANAA LAA TUZIGH QULUUBANAA BA’DA IDZ HADAITANAA WA HABLANAA MIN LADUNKA RAHMAH INNAKA ANTAL WAHHAAB”

Akankah kematian tidak cukup menjadi sebuah pelajaran??





Sleman, 27 oktober 2013

-maryam az-zahra-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

RINDU




RINDU
Ya Allah, serasa ada yang hilang dalam diri ini.
Mana hafalanku?
Mana shoum sunnahku?
 Mana sholat tahajudku?
Mana dzikirku?
Dimana semua itu YaAllah..??
aku merasa hampa, aku merasa semakin jauh dariMu.
Mana infaqku?
Mana shalat dhuhaku?
Mana semangat menuntut ilmuku? 

Ya Allah, kembalikan lagi itu semua kepadaku.
Agar jiwa ini tak hampa, agar hati ini tak beku, tak gersang, tak tandus,,,
Ya Allah, aku merindukan saat2 dimana aku khusyuk menghafal dan memuroja’ah hafalanku...
aku merindukan saat aku khusyuk bermunajat kepadaMu di sepertiga malam terakhir,
aku rindu saat2 dimana aku khusyuk mendengarkan nasehat para ustadz.
Aku merindukan masa-masa yang membuatku merasa tentram mengingatMu, Ya Allah...

Ya Allah, dosa-dosaku telah menghalangiku untuk mendekat kepadaMU,
mungkin karena aku yang berusaha menjauh dariMu, aku telah terlena dengan dunia, sehingga tak sempat ku menyibukkan untuk mendekat kepadaMu.

Ya Allah, tolong hamba untuk kembali mendekat kepadaMu,
tolonglah hamba supaya bisa istiqomah di jalanMu...
jiwaku rindu untuk dekat denganMu...
aku rindu...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS