Bismillah...
Dari calon bidadari, untuk sebuah nama yang
belum diketahui...
Kasih, untuk kesekian kali ku menulis surat untukmu. Tak jemu-jemu ku ingin tahu keadaanmu. Gimana imanmu hari ini, kasih??
Meningkatkah? Atau lagi down? Semoga engkau segera menaikkan imanmu kembali.
Jangan jemu-jemu untuk menghadiri majelis ilmu. Disana kan kau dapatkan
ketenangan di hatimu.
Kasih, aku ingin bercerita sedikit
kepadamu. Membagi sepenggal kisah yang telah kualami. Namun jangan cemburu
ya... please...
Kasih, di sela-sela penantianku kepadamu,
tentunya banyak ujian dan rintangan yang menguji cinta kita. Ada banyak godaan
supaya aku berpaling darimu. Apakah kau juga begitu?
Kasih, maafkan aku yang terkadang
menyempatkan seseorang tuk hadir di beranda hatiku. Aku serasa menemukan
seseorang yang mungkin bisa mengisi hatiku selama engkau belum kembali. Tapi
aku menemukan rasa yang semakin membuat hatiku sakit. Karena aku telah mencoba
untuk mengkhianatimu. Silih berganti nama-nama orang yang mampir di beranda
hati. Tapi aku tak mengizinkannya memasukinya. Ya, hanya ku diamkan mereka di
beranda. Ku abaikan mereka.
Kasih, sungguh jika engkau tak segera
kembali, aku takut hatiku semakin sakit menahan rindu. Sedangkan di sini,
banyak yang mencoba untuk mengetuk pintu hatiku. Mencoba untuk menghampiriku.
Aku khawatir aku tak bisa menjaga ‘izzah dan iffahku.
Namun ketika aku teringat dengan engkau
yang disana, aku mencoba untuk menguatkan hati ini, meyakinkan diriku sendiri
bahwa engkau akan segera datang menghampiri diri yang sendiri ini. Ku coba
tepis semuanya, ku buang semua rasa yang menodai hati. Rasa yang tak pantas
untuk orang belum halal bagi diri ini. Hanya engkau yang akan ku rindu, orang
yang halal dan suci untukku walaupun aku belum tahu siapakah dirimu.
Kasih, namun terkadang aku merasa bosan
menunggumu. Karena engkau tak segera menghampiri. Hampir ku terjerembab dalam
penjara yang tiada jerujinya. Ah, betapa bodohnya aku. Engkau yang disana setia
kepadaku, tapi aku malah mencoba untuk mengkhianatinya. Maafkan aku kasihku...
Aku berjanji untuk mengunci hatiku kepada
selainmu. Biarlah hanya engkau yang kan memasuki lubuk hatiku. Masa bodoh
dengan orang-orang yang mencoba merayuku. Karena yang kutunggu hanya rayuanmu.
Kasihku, apakah kau tak merasa rindu
kepadaku? Kenapa engkau tak segera menemuiku? Kalau engkau memang mencintaiku
karena Allah, maka segera datang khitbah aku. Biar hati ini tak dihantui oleh
perasaan rindu. Ah, rindu. Sebuah kata yang melenakan segalanya. Meruntuhkan
gunung di lautan. Membuat si pemilik rindu merasa tak hidup, matipun tidak.
Kasih, selamatkan aku dari fitnah-fitnah
yang bertebaran ini. Aku tak ingin menjadi sumber fitnah, tak ingin membuat
oranglain terfitnah. Bagaimana engkau yang disana?? Bukankah disekelilingmu
juga dihujani dengan fitnah-fitnah syahwat? Bagaimana engkau bisa melewatinya?
Apakah engkau yakin akan selamat? Aku berharap demikian. Selamat dari segala macam
fitnah yang memburu. Jaga pandangan dan juga hatimu. Kalau engkau sudah tak
tahan dengan semua itu, kenapa engkau tak segera menjemputku?? Sedangkan hanya dirimu seorang yang ku
tunggu.
Siapapun engkau wahai kekasihku, yang
memang engkau benar-benar mencintaiku karena Allah Ta’alaa, aku akan mencoba untuk setia. Berusaha tuk menjaga
kehormatanku. Untuk mengabdi kepadamu, sebagai bukti kecintaanku pada Rabbku.
Semoga kau pun juga begitu...
Untuk kasih yang namanya ku tak tahu,
dimana ia kini ku juga tak tahu, apa yang dilakukannya kini akau juga tak tahu.
Satu yang ku tahu, aku yakin disana ia
memperbaiki kualitas amalnya, karena aku beriman terhadap janji Allah ta’ala,
bahwa lelaki yang baik untuk wanita yang baik, dan wanita yang baik untuk
lelaki yang baik,,,
Disini aku berusaha memperbaiki diri, tentu
disana ia juga...
12 mei 2013
10.32
By bintang senja