Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Berdakwah dulu, Senyum kemudian..

Berdakwah dulu, senyum kemudian..


Seseorang yang telah mengenal dan belajar sunnah tentu menginginkan semua gerak dan langkah hidupnya berdasarkan sunnah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa sallam. Pun termasuk prosesi pernikahannya kelak. Berharap pernikahannya nanti tidak bertaburan adat-adat ataupun tradisi yang bertentangan dengan syari’at. Bagi yang orangtuanya sudah faham dengan syariat dan sunnah, tentu tidak menjadi masalah. Tapi yang orangtuanya masih awam dengan ilmu dien maka ini yang menjadi “PR”. 


Seseorang yang telah memahami sunnah, tentu faham bahwa di dalam proses pernikahan tidak boleh ada hal-hal yang berbau syirik ataupun bid’ah ataupun hal-hal yang melanggar syari’at lainnya. Ia menginginkan ketika walimahnya nanti tidak ada ikhthilath (campur baur) antara tamu putra dan tamu putri, tidak ada musik, calon mempelai duduk terpisah waktu akad dan tidak dipajang secara berdampingan dihadapan para tamu, dsb. Ya, itu wajar saja, karena ia berharap awal dari perjalanan rumah tangganya menjadi berkah dan pernikahannya penuh rahmat.


Untuk mewujudkan hal tersebut tentu bukan sesuatu yang instan untuk diwujudkan. Karena butuh proses yang panjang. Berdakwah. Tentu ia harus mendakwahi keluarganya terlebih dahulu, khususnya ayah dan ibu dan anggota keluarga yang lain. Dan tentu dakwah ini harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari “H” itu terlaksana. Karena akan mengalami kesulitan untuk mengamalkan sunnah ini jika 2 bulan menjelang hari “H” baru bilang pada ayah dan ibu kalau tidak mau ini tidak mau itu, gak boleh begini gak boleh begitu. Oleh karena itu, perlu pendekatan-pendekatan dalam mendakwahi mereka.


Orang tua, mereka tentu tidak mau yang namanya “digurui”. Maka, untuk mendakwahkan sunnah kepada orangtua bisa dengan jurus-jurus tertentu. Misalnya, menyelipkan dakwah kita diantara canda dengan orang tua waktu ngobrol ringan. Sehingga tidak akan terkesan menggurui mereka. Awalnya mungkin mereka akan menolak. Tapi, kalau sering-sering membicarakan “masalah-masalah” tersebut di telinga mereka, maka lama-lama juga akan menjadi hal yang biasa. Ingat kaidah: sesuatu yang asing kalau diulang-ulang maka akan terbiasa. Oleh karena itu, sering-sering menyampaikan harapan-harapan yang sesuai sunnah tersebut sekaligus berdakwah akan mempermudah terwujudnya harapan tersebut. Bukan sekedar harapan hampa, tapi harapan untuk mendapat ridho Allah subhanahu wa ta’ala. 


Kebanyakan para aktifis, mereka sibuk dengan dunia kampusnya, organisasinya, juga dakwahnya dan sring melupakan menjaga interaksi dengan keluarganya. Sehingga ketika waktu mau nikah baru mengatakan ke orangtuanya,” Pak, nikahnya besok gak pakai musik”, “ Bu, tamu putra dan putri harus dipisah”,dll. Maka itu akan “gatol” (gagal total) kecuali  yang orangtuanya sudah faham. 


Oleh karena itu, yang berkeinginan menikah sesuai sunnah, maka sejak sekarang juga kondisikan orangtua, dakwahi orang tua dengan lemah lembut dan sabar. ”Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS 17: 23). Ajak untuk hadir di majelis-majelis ilmu, jelaskan dengan kasih sayang. Selain itu, mendakwahkan kepada tetangga sekitar juga sangat perlu, karena mereka yang akan membantu dalam menyelenggarakan akad dan walimah. Dan semua perlu proses yang panjang. Sehingga kelak suatu saat ketika hari “H” telah disepakati, akan mudah dalam mengurus semuanya. In-sya Allah. Hingga akhirnya bisa menikah sesuai sunnah, yang tidak dicemari oleh adat ataupun tradisi yang berlawanan dengan syari’at. Sebuah awal yang syar’i untuk kelanjutan yang diridhoi. Maka, tersenyumlah... ^^


by : bintang senja

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: