Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Kisah Ayahku (nasehat untuk para pecandu rokok)




Setiap orang tentu mengalami masa lalu, entah itu masa lalu yang gemilang atau yang kelam. Dan  masa lalu itu tentu akan berdampak di masa sekarang. Entah disadari atau tidak. Karena kita adalah produk masa lalu. Demikian pula ayahku.

Siapa yang tidak mengenal sosok seorang ayah? Setiap anak pasti mengenalnya. Termasuk diriku. Beberapa hari yang lalu, menjelang dhuhur aku mendapat telpon dari ibuku. Aku disuruh untuk pulang, karena ayah sakit. Memang beberapa bulan terakhir ayahku memang sudah sakit-sakitan. Sakit-sembuh, sakit-sembuh, itu ku anggap mungkin karena memang usia beliau yang sudah lanjut. Meskipun banyak juga yang seusia ayahku pada masih sehat dan segar bugar. Tapi kali ini berbeda, ibu mengabarkan kalau ayah sudah tidak bisa tidur dalam sepekan dikarenakan sesak yang dirasakannya. Dan paginya sebelum meneleponku ayah dibawa ke puskesmas, tapi pihak puskesmas sudah angkat tangan karena melihat kondisi ayahku yang cukup serius, dan tak ada alat yang memadai. Makanya, aku diminta ibuku untuk pulang hari itu juga untuk mengantar ayah ke rumah sakit di kota K.

aku bingung, di satu sisi aku sudah berencana untuk menyelesaikan tugas-tugasku yang menumpuk di akhir pekan ini, tapi qodarullah, aku harus pulang yang berarti tentu saja aku tak bisa menyelesaikan tugasku akhir pekan ini.

Akhirnya setelah shalat dhuhur aku pulang naik bis dan sampai dirumah menjelang asar. Pikiranku kacau. Aku beristighfar di sepanjang perjalanan, berdoa kepada Allah supaya ayah cepat sembuh. Juga memohonkan ampunan atas semua kesalahan dan dosa-dosanya di masa lampau.

Tiba dirumah, aku melihat kondisi ayahku yang lebih parah dibanding 3 minggu yang lalu saat aku berangkat dari rumah. Bibirku tak bisa berkata apa-apa, hanya air mata yang berbicara. Aku berusaha menyembunyikannya.

Ba’da maghrib aku baru bisa mengentarkan ayah ke rumah sakit di kota K. Karena menunggu tetangga yang bisa mengantarkan kami dengan mobilnya. Di temani oleh bulek (adik ayah) dan juga tetanggaku yang menyetir mobil. Sampai di RS pas waktu isya’ . kami segera turun dan ayah pun langsung di jemput perawat RS dengan tempat tidur dorongnya, lalu dibawa masuk untuk segera diperiksa. Sedangkan aku mengurus pendaftaran pasien. Bulek yang menemani ayah ke dalam.

 Tapi tak lama kemudian, bulek pun langsung pulang karena ada suatu hal. Hanya aku sendiri yang menunggui ayah. Saat itu pikiranku kalut. Aku baru pertama kali mengurusi hal semacam ini. Apalagi dengan yang namanya rumah sakit, aku serasa mual dengan aroma obat-obat kimia yang menusuk perut. Juga membuat tulang-tulangku lemas. Betapa gak enaknya di rumah sakit itu.

Sekitar jam 9 ayah baru mendapat ruangan. Sebelumnya aku dipanggil oleh petugas kesehatan disana, mengatakan kalau ayah sakit jantung dan harus di tempatkan di ruang HCU (High Care Unit) supaya bisa dikontrol oleh monitor. Aku tak tau apa itu, yang penting ayah di rawat. Akhirnya ayah dibawa ke ruang HCU setelah sebelumnya bagian jantungnya di Rontgen.

MasyaAllah, aku termenung dan mulai menyadari hal ini. Dulu ayah memang pecandu rokok berat. Itu aku mendapat cerita dari ibuku. Katanya sejak masih muda ayah memang perokok. Hampir setiap hari menghabiskan satu bungkus rokok.

Aku sudah tidak suka dengan ayahku sejak aku kecil. Aku tidak suka dengan kebiasaannya merokok di sekitarku. Karena asapnya membuatku batuk. Dan itu juga yang aku tidak mau mencium ayah sebagaimana dilakukan oleh teman-temanku. Yang mereka bisa bermain-main dengan ayahnya. Tidak dengan diriku. Aku tidak suka bau rokok yang masih tertinggal di wajahnya bahkan saat beliau berbicara. Hingga kebiasaanku sejak kecil terbawa sampai aku dewasa. Aku tidak mau berdekatan dengan ayah yang bau rokok. –astaghfirullah-

Pernah, suatu saat ketika aku SMA aku menegur ayahku supaya berhenti merokok, tapi aku malah dimarahi. Katanya, merokok itu ibarat makan. Malah, ayah berbalik menyuruhku untuk berhenti makan nasi. Aneh. Nasi disamakan dengan rokok. ???

Melihat ekonomi keluarga yang pas-pasan pun ayah tetap bela-belain beli rokok. Coba kalau uang untuk beli rokok itu ditabung, dalam sebulan sudah terkumpul banyak. Bisa buat bayar sekolah atau seenggaknya untuk sedekah. Itu lebih baik.

Perlu sebuah proses untuk menyadarkan ayah dari rokoknya. Saat aku sudah memasuki bangku kuliah, ada peningkatan. Ketika aku di dalam rumah, dan ayah ingin merokok ia keluar. Ya, karena sudah tau sikapku. Aku pun juga tetap berusaha supaya ayah berhenti merokok. Dari dulu Ayah sering batuk-batuk, dan ketika batukk memang berhenti dari rokok. Tapi ketika batunya sembuh maka kebiasaannya kemabli lagi. Dan  Beberapa bulan yang lalu, ayah sakit batuk batuk, dan aku menasehatinya supaya berhenti merokok. Lama kelamaan ayah meninggalkannya. Tapi sudah terlambat. Batuk batuknya meskipun sudah diobati, selang bentar kambuh lagi. Sampai beberapa minggu yang lalu, ayah mengeluhkan kalau ia sesak napas (susah bernapas), itu hanya diobatinya dengan ‘napasin’ dan juga berkali-kali suntik ke dokter.  Hasilnya ‘nol’. Racun yang ada dalam rokok sudah terlalu menumpuk di dalam tubuhnya. Ayah tidak bisa tidur. Dan selalu mengeluhkan sakitnya.

Hingga, saat ku lihat ayah di atas pemberingan di ruang HCU, aku bisa merasakan kepedihannya. Air mataku jatuh. Aku kasihan sama ayah. Ayah yang selama ini berusaha tegar untuk aku, kini aku melihatnya tak berdaya. Ia diserang oleh rasa sakitnya. Jantung. Itu adalah organ vital pada tubuh manusia. Juga lambungnya. Mungkin karena posisi nasi digantikannya dengan asap rokok. – masyaAllah – . Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ayah dimasa lalu... maafkan ia Ya Allah... semoga sakit yang dirasakannya sekarang bisa menggugurkan dosa-dosanya dimasa lalu, dimana ia menzhalimi dirinya sendiri, menzhalimi jasad yang Engkau amanahkan...

Buat para pecandu rokok, sebelum terlambat, berhentilah merokok sekarang juga. Kasihan anak dan istrimu. Kasihan keluargamu. Apakah harus ditimpakan musibah terlebih dahulu supaya kau berhenti dari kezhaliman itu?! Hapuslah bayang bayang kebahagiaan semu itu.

Bukan sebuah mitos pesan yang ada di bungkus rokok itu. Yang menyatakan bahwa:




“merokok bisa menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin”.  Itu memang benar-benar terbukti.  Jujur para produsen rokok itu. Tapi hanya orang-orang yang mau ditipu dan dikuras hartanya saja yang tidak mengindahkan pesan tersebut.


Semoga kisah ini bisa menyentil para pecandu rokok.. dan mau berhenti sebelum ‘masa’nya yang berhenti.

Saat kisah ini ditulis, ayah masih menjalani perawatan di rumah sakit. Mohon doanya dari pembaca semua, semoga ayah diberi ketabahan. Demikian pula keluarganya.





Kota Y, 3 April 2013
by: bintang senja

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: